Pages

Senin, 10 November 2014

Cinta Kamu, Aku: Ini Bukan Drama Radio




Judul Buku: Cinta Kamu, Aku: Ini Bukan Drama Radio
Penulis: Irfan Ihsan
Penerbit: Noura Books
No. ISBN: 978-602-7816-27-5
Terbit: februari, 2013
 

Setiap mau baca novel, saya hampir pasti membaca halaman sampul belakangnya dulu. Biasanya berisi sinopsis, atau endorsment novel tersebut.

Begitu juga saat akan memulai baca novel ini. Dan, wow... saya takjub karna endorsment yang tertera di novel ini hampir semua dari artis kenamaan. Lalu saya membaca profil penulisnya. Oh, ternyata beliau memang gak jauh dari dunia brodcast. Yang bikin saya penasaran lagi adalah, hampir semua endorsment mengemukakan hal yang sama, yaitu: novel ini sangat patut difilmkan. Aha, semakin penasaran lah saya untuk segera melahap novel ini. Dan, taraaaa.... yup, novel ini memang sepertinya cocok difilmkan. Kenapa? Ah, saya mau cerita sekilas tentang kisah yang ada di novel ini dulu, ah :p

Tokoh utama dalam novel ini bernama Fabian, atau biasa disapa Aan. Seorang penyiar salah satu radio swasta di ibukota. Sebagai penyiar radio dengan jam siaran amat minim, hidup Aan serba memprihatinkan, terutama soal tunggakan kos. Namun hidup Aan perlahan mulai berubah sejak kehadiran Risha sebagai bintang tamu di jam siarannya.

Risha adalah seorang penyanyi papan atas yang tengah naik daun. Parasnya yang cantik membuat Aan seketika merasakan sesuatu yang tak biasa di hatinya, hingga di satu waktu, saat Aan usai sholat, ia berdoa jika Risha memang jodohnya agar dimudahkan jalannya. Doa itu menemui takdirnya. Saat Aan ditugaskan untuk meliput sebuah acara penghargaan musik, Aan kembali bertemu dengan Risha yang ternyata masih mengingatnya. Bersamaan dengan itu, Risha merasa jantungnya seperti ditikam saat melihat Yudha - kekasih gelap Risha, yang sekaligus pencipta lagu ternama - tengah bergandengan mesra dengan istrinya. Padahal Yudha berjanji pada Risha akan segera menceraikan istrinya. Risha yang merasa sakit hati dan terus diberondong pertanyaan tentang siapa kekasihnya oleh para wartawan seperti kehilangan akal sehat. Spontan ia menarik Aan, lalu menciumnya.

Sejak saat itu hidup Aan berubah drastis. Meski dibina berdasarkan salah persepsi dan ketololan, toh Aan dan Risha akhirnya merajut kisah. Yah, kisah mereka tak serta-merta mulus begitu saja.

Nah nah... dari sepotong saja bagian yang saya ceritakan, pasti banyak yang setuju kalo tema novel ini sangat 'Indonesia'. Bener-bener tipe film-film Indonesia yang ngetrend. Hehe.

Tapi, so far, saya merasa novel ini sangat menghibur. Temanya bener-bener ringan. Konfliknya ngena, tapi gak bikin dada sesak atau kepala ikut nyut-nyut. Bener-bener nge-pop. Senengnya lagi, berhubung penulis menggeluti langsung dunia yang digeluti oleh tokoh utama, maka ia bisa menarasikannya dengan luwes.

Daaann, satu lagi yang gak boleh ketinggalan. Ada satu hal yang bikin saya salut banget sama si penulis. Novel ini bukan novel islami. Yah, seenggaknya bukan novel dengan label islami. Tapiiii, banyak banget pesan-pesan islami yang disisipkan di dalamnya. Salah satu yang paling menonjol adalah, pesan Kakek Aan agar Aan dan Risha TIDAK BERZINA. Sekali lagi, saya angkat topi untuk penulis.

Berapa banyak novel yang enggan memasukkan unsur agam ke dalam cerita? Saya kolot kali yee. Tapi saya emang kurang nyaman kalo baca novel yang agama tokohnya sama sekali gak teridentifikasi. Gak harus muslim kok. Tokohnya digambarkan non-muslim bagi saya malah bikin nyaman bacanya, karna nggak bertanya-tanya lagi agamanya si tokoh apa.

Jadi kesimpulan akhirnyaaa, saya setuju banget novel ini difilmkan. Yang terpenting, pesan moral-pesan moralnya jangan di skip, ya, Bang Sutradara. hihi.