Pages

Rabu, 10 Agustus 2016

The Architecture Of Love: Setiap Bangunan Punya Cerita

 Judul Buku: The Architecture Of Love
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-2926-0
Tahun Terbit: 2016

The Architecture Of Love bercerita tentang Raia dan River. Mereka adalah dua orang yang sama-sama sedang terluka karena cinta, kemudia memutuskan untuk 'melarikan diri' ke New York untuk beberapa saat. Raia dan River bertemu saat pesta malam tahun baru yang digelar di apartemen adik River -- tempat River tinggal selama di New York -- yang merupakan teman Erin -- sahabat Raia yang ditumpanginya selama di Kota Megapolitan tersebut.

Ketidaksengajaan pertemuan kedua antara Raia dan River akhirnya membuat mereka sepakat membuat janji-janji pertemuan berikutnya. Meskipun dalam pertemuan-pertemuan tersebut tak lantas membuat mereka jadi saling tau banyak hal tentang diri mereka satu sama lain. Raia dan River hanya menghabiskan hari-hari jalan bersama mereka dengan mengunjungi tempat demi tempat di New York, lalu ketika menemukan tempat  yang cocok mereka memilih tenggelam dalam dunia mereka masing-masing. Raia yang seorang penulis dan sedang mengalami writer's block semenjak kegagalan cintanya tak henti mencoba menulis, dan River yang seorang arsitek selalu sibuk menggambar sketsa bangunan-bangunan yang ada di depannya sembari terus berusaha melupakan orang tercintanya.

Witing trisno jalaran soko kulino, begitu kata pepatah Jawa yang artinya permulaan cinta lantaran karna terbiasa. Dan pepatah itu sepertinya pas untuk mendefinisikan perjalanan Raia dan River. Meskipun perasaan sayang dan cinta mulai samar-samar membayang, Raia dan River tak serta-merta dengan mudah saling mengakui dan mengungkapkan. Mereka sama-sama tau bahwa memutuskan bersama tak semudah itu bagi mereka, karna mereka sama-sama masih dibayangi kisah cinta mereka masing-masing sebelumnya.

Lalu bagaimana akhirnya Raia dan River mengatasi perasaan mereka masing-masing? Siapa yang akhirnya berhasil mengalahkan ego untuk terlebih dahulu menyatakan perasaan? Silakan cari pinjaman novelnya (seperti saya *ups*) =))

Ini kali kedua saya membaca novel karya Ika Natassa yang konon sama-sama terjual ribuan eksemplar sejak masih PO. Yang pertama adalah Critical Eleven. Secara keseluruhan, The Architecture Of Love ini punya kemiripan (atau malah kesamaan?) dari cara berceritanya. Mungkin memang cara bercerita seperti itu ciri khas Ika Natassa, ya? Dan saya suka dengan gaya berceritanya. Ika Natassa seperti punya cara untuk membawakan cerita secara mengalir, namun terus menyeret rasa penasaran pembacanya dari halaman ke halaman. Alurnya yang loncat-loncat menjadikan novel ini seperti permainan puzzle yang sedikit demi sedikit tersusun dan membentuk sebuah 'gambar' utuh, tapi gak bikin pembaca bingung.
Jika saat membaca Critical Eleven saya sempat sebel pada konflik Anya dan Ale yang menurut saya terlalu membesar-besarkan masalah yang gak seharusnya sampai sebegitunya, di The Architecture Of Love ini konfliknya menurut saya jauh lebih bisa diterima oleh logika dan ego saya.  Ika Natassa juga punya cara unik untuk membuat tokoh-tokoh dalam novelnya seolah benar-benar hidup. Bagi yang sudah pernah membaca novel Critical Eleven seperti saya, akan merasa 'surpraise' karna kembali bertemu dengan Anya, Ale dan Haris. Karna Raia ternyata adalah saudara sepupu Haris dan Ale. Keren, ya?! Menurut saya Ika Natassa berhasil sekali 'membuatkan dunia' untuk para tokoh yang ia ciptakan -- dan gak hanya tokoh novel yang tengah ia garap, tapi juga tokoh di novel yang sebelumnya pun tak ia biarkan mati begitu saja di benak para pembacanya.

Satu lagi yang keren dari karya Ika Natassa adalah kedalaman pengetahuannya tentang profesi-profesi tokohnya. Ia memaparkan banyak sekali teori, pendapat atau sekedar ucapan dari tokoh-tokoh yang terkait dengan profesi tokohnya, yang menjadikan profesi si tokoh gak hanya sekedar tempelan. Saya bertanya-tanya,seberapa lama ia melakukan riset sebelum menuliskan sebuah novel?!

Akhir kata, 4,5 dari 5 bintang untuk novel ini. 0,5-nya untuk menandakan saja bahwa gak ada yang sempurna di dunia ini selain Allah. Hehe.

Postingan ini diikutsertakan dalam Project Battle Challenge #31HariBerbagiBacaan

Minggu, 27 Maret 2016

Review Buku: Jelajah Ujung Barat Indonesia Banda Aceh dan Sabang

Judul buku: Jelajah Ujung Barat Indonesia Banda Aceh Sabang
Penulis: Muna Sungkar
Penerbit: Gramediana, Elex Media Komputindo
No. ISBN: 978-602-02-7574-1
Halaman: 170

Apa yang terbayang di benak teman-teman saat mendengar Banda Aceh? Apakah dahsyatnya gelombang tsunami yang menerjang pulau tersebut beberapa tahun lalu? Apakah kota yang luluh-lantak dan warga yang penuh isak-tangis? Atau bahkan kota dengan konflik berkepanjangan lantaran adanya Gerakan Aceh Merdeka?

Lalu apa yang terbayang di benak teman-teman saat mendengar Kota Sabang disebut? Apakah teman-teman seketika teringat lirik sebuah lagu nasional, yang sering kita dendangkan saat masih sekolah dulu? 'Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau...'

Kalau saya, ya... Hal-hal tersebut di ataslah yang seketika terbayang di benak saya ketika mendengar nama Banda Aceh dan Sabang. Tapi itu dulu, sebelum saya memegang lalu membaca habis buku karya Mbak Muna Sungkar yang berjudul Jelajah Ujung Barat Indonesia Banda Aceh Sabang ini. Ini adalah kali pertama saya membaca buku bergenre Traveling. Dan saya baru tahu bahwa buku traveling bisa membuat kita amat tergelitik dan ingin sekali bisa mengunjungi destinasi-destinasi yang dipaparkan dalam buku.

Buku Jelajah Ujung Barat Indonesia Banda Aceh Sabang ini terdiri dari beberapa bab dan banyak sub-bab. Di empat bab awal, Mbak Muna Sungkar memaparkan tentang traveling di Banda Aceh. Tak hanya destinasi-destinasi pariwisatanya, Mbak Muna juga memaparkan secara lengkap tentang berbagai kuliner andalan di Banda Aceh yang wajib dicoba oleh para traveler, hingga berbagai alternatif transportasi yang bisa dipilih saat kita hendak traveling ke sana.

Sebelum menyuguhkan berbagai destinasi wisata pada kita, Mbak Muna tidak lupa menjelaskan bagaimana rute yang harus kita tempuh untuk sampai ke Nangroe Aceh Darussalam maupun ke Sabang. Tak hanya berbagai pilihan moda transportasinya, hingga jadwal dan tarifnya pun tak luput diinformasikan oleh Mbak Muna melalui buku ini.

Pada Sub-bab tentang Aceh, Mbak Muna mengelompokkan jenis wisata di Bumi Serambi Mekkah itu menjadi tiga, yaitu wisata sejarah, wisata tsunami dan wisata alam. Wisata sejarah di antaranya ada Masjid Baiturrahman, Gunongan dan Museum Aceh (Hal. 26-39). Wisata tsunami terdiri dari Museum Tsunami, PLTD Kapal Apung dan Kapal di Atas Rumah (Hal 40-52). Sedangkan wisata alam didominasi oleh berbagai pantai yang amat indah dan beberapa diantaranya merupakan spot diving terbaik dunia (Hal. 52-65). Dan yang tidak boleh ketinggalan tentu saja tentang wisata kuliner. Buku ini amat lengkap menyuguhkan pada kita review berbagai menu khas Aceh (Hal. 66-80) dan Sabang (Hal. 115-120) yang bisa kita jadikan referensi. Lagi-lagi lengkap dengan alamat lokasi dan harganya.

Semua destinasi wisata dalam buku ini dilengkapi dengan semacam catatan kaki yang diberi judul 'How to Get There', yang menjelaskan tentang pilihan transportasi yang bisa kita pilih untuk menuju destinasi tersebut. Sayangnya, saya menemukan kesalahan cetak di bagian ini. Kesalahan tersebut terletak di halaman 55 dan 57, yang mengulang 'How to Get There' Pantai Lampuuk, padahal seharusnya adalah Pantai Lhol Nga dan Ujong Batee.

Buku ini juga menerangkan bahwa meskipun Nangroe Aceh Darussalam memberlakukan penegakan syari'at Islam dalam tata kehidupan masyarakatnya, namun pemberlakuannya pada wisatawan tentu saja tidak seketat pada warga asli Aceh (Hal. 11). Salah satunya, bagi traveler wanita, tidak diwajibkan memakai jilbab, kecuali jika hendak mengunjungi Masjid Raya Baiturrahman (Hal. 26).

Memasuki Bab tentang Sabang, kita juga akan disuguhi berbagai destinasi wisata menarik, yang didominasi dengan wisata laut. Salah satunya adalah Pantai Iboih, yang disebut Mbak Muna sebagai potongan surga yang jatuh ke bumi -- saking indahnya (Hal. 97). Salah satu yang menjadi andalan Kota Sabang ini adalah keindahan bawah lautnya. Maka, banyak penginapan di Kota Sabang yang menyediakan fasilitas untuk diving atau snorkeling, bahkan paket untuk island hopping. Dalam buku ini, Mbak Muna memberikan info tentang berbagai pilihan penginapan yang menyediakan fasilitas tersebut, lengkap dengan rate-nya (Hal. 99). Satu lagi yang tak boleh dilewatkan saat tengah mengunjungi Sabang tentu saja adalah Tugu Nol Kilometer Indonesia, yang merupakan landmark dan objek wisata andalan kota Sabang (Hal. 95)

Buku Jelajah Ujung Barat Indonesia Banda Aceh Sabang ini, meskipun kecil namun amat sarat dengan informasi. Mbak Muna memberikan info yang sangat lengkap, mulai dari berbagai pilihan penginapan, tarif, lokasi dan macam-macam moda transportasi beserta jadwalnya. Bahkan Mbak Muna juga menyertakan beberapa contact person orang-orang yang bisa kita hubungi jika hendak berwisata ke Ujung Barat Indonesia. Tidak hanya itu, Mbak Muna juga memberikan contoh itinerary untuk kita yang hendak berwisata ke Banda Aceh dan Sabang, agar bisa memanfaatkan waktu dengan baik dan maksimal (Hal. 151-166).

Satu kekurangan buku ini yang cukup saya sayangkan. Yaitu, foto-foto yang menghiasi hampir setiap sub-bab, yang sayangnya dicetak hitam-putih alias tidak berwarna. Hal itu membuat pembaca tidak bisa mendapat gambaran dari foto yang disajikan. Padahal, saya yakin jika foto-foto tersebut dicetak berwarna, pastilah buku ini menjadi semakin menarik. Hikmahnya, gara-gara foto yang tidak berwarna tersebut, rasa penasaran saya jadi tergelitik. Dan akhirnya saya menuntaskan rasa penasaran saya dengan melihat gambar-gambar tempat yang dipaparkan oleh Mbak Muna melalui Google. Hehe.

Jadi, tidak tergelitikkah kita mengunjungi potongan surga yang jatuh ke Bumi Indonesia? Buku ini benar-benar menyadarkan saya, bahwa Indonesia memiliki destinasi wisata yang sama sekali tak kalah indah dengan negara-negara lain.

Bagi teman-teman yang hendak (atau baru punya keinginan) berwisata ke kawasan Ujung Barat Indinesia -- Aceh dan Sabang -- buku ini rasanya wajib teman-teman miliki sebagai buku saku. Saya jamin buku Jelajah Ujung Barat Indonesia Banda Aceh Sabang akan menjadi teman perjalanan yang sangat banyak membantu.

Senin, 14 Desember 2015

5 Guru Kecilku: Cerita Tentang Warna-Warni Mengasuh 5 Anak


Repot urusan anak diwaktu kecil itu PASTI
Repot urusan anak diwaktu dewasa itu PASTI ADA YANG SALAH
Repot urusan anak di negeri akhirat itu PASTI MERUGI (Hal 221)

5 Guru Kecilku ini merupakan buku yang bercerita tentang kisah pengasuhan 5 orang anak oleh sang penulis, yaitu Kiki Barkiah. Suka duka kerepotan mengurus 5 orang anak di Negeri Paman Sam tanpa seorang pun sanak saudara maupun asisten rumah tangga.

Dengan bahasanya yang amat natural, Kiki Barkiah mampu menceritakan dengan sangat mengena tentang berbagai taktik dan metodenya dalam mendidik 5 orang anaknya. Di tiap babnya, Mbak Kiki tampak amat peduli pada keseluruhan aspek pendidikan anak-anaknya, baik pembentukan karakter, pengenalan agama, pendidikan emosi, dll.

Lewat buku ini Mbak Kiki semakin menyadarkan saya bahwa seorang wanita, haruslah punya bekal pendidikan yang mumpuni karna ia-lah yang menjadi tonggak peradaban. Baik buruknya generasi penerus peradaban, sejatinya bukan di lembaga-lembaga pendidikan, tapi ada di rumah terutama di tangan orangtua. Selain itu, mata saya juga jadi terbuka, bahwa anak-anak adalah makhluk yang juga bisa diajak berdiskusi, bisa diarahkan, bisa diajak bernegosiasi, juga diberi pengertian.

Ummi: "Sudah beres semua mainannya?"
Saat kaget melihay rumah berantakan karena kegiatan eksplorasi...
Ummi: "Mmm... Yang bakal ngepel siapa? Yang bakal beresin siapa?".
Biasanya mereka bilanh " fiyuh... Me!!"
Saat mendekati waktu bapak pulang....
Ummi: "Waktu habus, bapak sebentar lagi pulang, ayo aa pimpin ade-ade beresin mainannya!"
(Hal 161)

Kesadaran itu selama ini hampir hilang dari kepala saya, lantaran saya hampir selalu disuguhi pemandangan bahwa anak kecil itu 'belum bisa berpikir'. Sekarang saya tahu, anggapan itu salah besar. Yang lebih keren, Mbak Kiki memberlakukan sistem homeschooling di rumahnya, dan ialah gurunya. Luar biasa!

Selain memaparkan tentang warna-warni pengasuhan anak, Mbak Kiki juga memaparkan tentang peran suami yang tidak boleh dikesampingkan, meskipun ia sibuk dengan amanah mencari maisyah di luar rumah. Terutama dalam hal dorongan semangat bagi sang istri yang pasti sangat sering diuji kesabarannya menghadapi buah hati mereka.

Bapak: "Assalamualaikum"
Ummi: "Waalaikumsalam pak, bapak..... I just want to say i love you!"
Bapak: "wkwkwkwwk, ada apalagi mi di rumah?"
Ummi: "wkwkwkwkwkwkw seruuuuuuuu deh pokoknua doain ya pak biar mudah!"
Bapak: "Iya. Semangat ya mi!"
(Hal 187)

Sekali lagi, dengan kesederhanaan cara bercerita, buku ini justru sangat sampai ke hati. Bahkan saat sudah sampai di halaman terakhir, rasanya saya belum rela. Saya masih ingin membaca pengalaman Mbak Kiki lebih banyak lagi. 4,5 dari 5 bintang untuk 5 Guru Kecilku, 0,5 bintang kurangnya hanya untuk kesalahan-kesalahan kecil pengetikan. Hehe.

Ditunggu buku bagian 2-nya, Mbak :)

Senin, 30 November 2015

Kinanthi: Terlahir Kembali


Judul buku : Kinanthi: Terlahir Kembali
Pengarang : Tasaro G.K.
Penerbit      : Penerbit Bentang, Yogyakarta, 2012

"Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta;
Engkau bertemu seseorang lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada di sekitarnya. Jika dia dekat, engkau akan merasa utuh dan terbelah ketika dia menjauh. Keindahan adalah ketika engkau merasa ia memerhatikanmu tanpa engkau tahu. Sewaktu kemenyerahan itu meringkusmu, mendengar namanya disebut pun menggigilkan akalmu. Engkau mulai menangis tanpa mau disebut gila."

Pertama kali tahu judul novel ini sekitar dua tahun yang lalu, ketika saya membaca blog yang apling saya suka -- yang sayangnya saat initelah ditutup oleh pemiliknya karna satu dan lain hal: Rumah Matahari. Saat itu juga, saya menyimpan novel Kinanthi di memori otak sebagai novel yang sangat ingin saya baca. Ternyata, saya baru dijinkan oleh semesta membacanya pada tahun 2015, alhamdulillah :)

Novel ini bercerita tentang hidup seorang gadis bernama Kinanthi yang amat berliku dan penuh gelombang. Terlahir di keluarga yang tak berpunya, ditambah perilaku buruk orangtuanya yang telah menjadi label di mata masyarakat membuat Kinanthi tidak diterima dengan baik di lingkungannya. Banyak orang menganggap bahwa berteman dengan Kinanthi adalah sebuah kehinaan. Tapi ada satu anak yang dengan tulus menjadi sahabat baik Kinanthi, padahal ia merupakan anak seorang tokoh di kampung mereka. Ajuj namanya. Hampir semua orang tahu bahwa Ajuj dan Kinanthi adalah teman dekat, meski orangtua Ajuj sangat keberatan anaknya berteman dengan Kinanthi yang tak setara dengan mereka.

Gelombang badai hidup Kinanthi dimulai ketika orangtuanya memutuskan untuk 'menitipkannya' pada orang bernama Pak Edi dengan imbalan 50 kg beras, dan janji bahwa Kinanthi akan disekolahkan tinggi. Hati Kinanthi hancur mengetahui ia dijual. Saat itulah ia kehilangan semuanya, termasuk Ajuj.

Kinanthi dibawa Pak Edi dan istrinya berdomisili di Kota Bandung. Ia memang disekolahkan, tapi sekaligus difungsikan sebagai pembantu rumah tangga. Sayangnya, di sekolah SMP-nya Kinanthi mendapat dua hantaman cobaan yang tak tertanggungkan. Dan hantaman kedua menjadi alasan bagi keluarga Edi untuk tak lagi menyekolahkannya. Hingga pada suatu hari, Kinanthi kembali 'dilempar' bak mata dadu yang siap beradu hingga nasib membawanya pada satu titik. Ia dikirim sebagai TKW!

Badai kehidupan Kinanthi semakin menjadi-jadi. Mendapat majikan yang 'hobi' menodai, kabur, mendapat majikan yang suka menghajar, lalu 'dijual' oleh oknum human traficking, hingga akhirnya diboyong oleh majikan barunya ke Negeri Paman Sam yang ternyata amat keji.

Sampai titik ini, saya hampur tidak mampu melanjutkan membaca. Hati saya tercabik perih, nafas saya sesak, tangis saya mendesak-desak. Saya hampir tak kuasa lagi mengikuti kisah pahit Kinanthi sebagai TKW, karna saya tahu kisah seperti itu tak hanya ada di kisah fiksi semata.

Namun badai pasti berlalu, bagi siapa saja yang tetap tabah menghadapi hidup. Begitu juga bagi Kinanthi. Di tengah hampir padamnya cahaya serta semangat hidupnya di tengah Negara Adidaya yang amat asing baginya, Kinanthi bertemu orang baik yang membantu Kinantho bangkit perlahan-lahan.

Roda berputar. Begitupun hidup Kinanthi. Ia yang pernah ada di titik kehidupan terendah, perlahan mampu membalik keadaan dengan berada di posisi yang amat disegani... Bukan di tanah airnya, melainkan di Negara Adidaya. Hampir tak ada satu pun alasan baginya untuk kembali pulang, kecuali satu nama yang masih terus tersimpan di sudut ruang hatinya. Ajuj.

Membaca novel ini, perasaan saya dibuat terombang-ambing. Kinanthi terasa amat nyata. Saat berhasil menyelesaikan, saya bernafas amat lega. Meski ada satu hal yang membuat saya merasa tidak lega, yaitu tentang sisi religiusitas seorang Kinanthi. Tadinya saya berharap sebelum novel berakhir, saya akan menemukan bagian di mana Kinanthi telah kembali menemukan kedamaian dan keyakinan dalam agama. Ternyata hal itu tidak saya dapatkan.

Tentang perasaan Kinanthi atas Ajuj dan perasaan Ajuj atas Kinanthi... Aah, entahlah. Mungkin prolog dari novel ini sudah sangat cukup untuk menggambarkannya. Terlalu 'gila'.

Rabu, 02 September 2015

Rumah Tangga: Berumah Dalam Cinta, di Tangga Menuju Surga

rumah tangga
Sumber
Judul Buku: Rumah Tangga
Penulis: Fahd Pahdepie
Penerbit: PandaMedia (Imprint dari GagasMedia)
ISBN: (13) 978-979-780-813-6
 
"Maka, bagiku, mencintaimu adalah berhenti mengandaikan semua hal baik yang tak ada dalam dirimu sekaligus memaafkan semua hal buruk yang ada dalam dirimu." (Hal. 17)

Awal-awal saya mendengar tentang akan terbitnya buku ini -- saat Fahd membuka polling tentang cover yang akan dipakai -- jujur saya hampir sama sekali gak tertarik. Tapi saat quote-quote yang berasal dari buku ini mulai bertebaran, rasa penasaran mulai menggelitik saya. *halah bahasanya :D*

Penasaran, tapi tetep sih agak enggak buat beli. hehe. Akhirnya, maksa teman untuk beli, terus saya pinjem :D *kekep dompet* *prinsip ekonomi* *sungkem sama Fahd* :P

"Kita tak boleh membiarkan orang-orang yang ingin meracuni dan menghancurkan hidup kita mengontrak satu ruangan di kepala kita," katamu. "Naikkan harga sewanya! Mereka harus berusaha lebih keras lagi untuk bisa melakukannya." (Hal. 163)
 
Sebelum baca, saya mengira buku ini akan mengupas tentang kehidupan rumah tangga dengan lumayan dalam, tapi dengan bahasa yang ringan. Itu ekspektasi saya. Setelah baca, ternyata salah. Yang engga salah banget sih. Bahasanya memang ringan, romantis dan manis pula. Kalau diibaratkan, buku Rumah Tangga ini seperti cemilan saat kamu kenyang, tapi mulut pengen tetep gerak. Ringan -- amat ringan jika dibandingkan dengan kebanyakan buku yang bertema sama. Buku Rumah Tangga ini menurut saya cenderung kurang bisa menggambarkan pahit-manis pernikahan sih -- dominan manisnya yang ditonjolkan. Emm, tapi harusnya kan emang gitu ya pernikahan bahagia: dominan manisnya. Dan... iya, banyak banget quote-quote bagus yang comot-able. Ehehehe

Aku bangun dengan cinta
Kau rawat dengan doa
Demikianlah kita
Berumah di tangga
Menuju surga

(Hal. 168. Ini nih yang comot-able banget :D)



Buku ini secara garis besar menceritakan tentang perjalanan cinta Fahd Pahdepie dan istrinya -- Rizqa, sejak belum menikah hingga kini telah memiliki dua orang buah hati. Kita akan 'diijinkan' dengan leluasa mengetahui kisah mereka yang mungkin sebelumnya hanya menjadi rahasia mereka dan keluarga. Tentang orangtua Fahd yang sempat tidak menerima Rizqa dengan tangan terbuka, misalnya. Kita juga akan tahu bahwa pasangan ini meniti kehidupan dari 0 -- bukan ujug-ujug atau sejak awal sudah enak seperti yang bisa kita lihat di akun socmed Fahd saat ini.

Bentuk tulisan tiap bagian juga bervariasi. Ada yang bentuknya hanyak puisi -- ungkapan cinta dari Fahd untuk Rizqa. Ada yang berbentuk surat -- dari Fahd untuk Rizqa, maupun dari Rizqa untuk Fahd. Ada pula yang merupakan nasehat serta pesan dari Fahd untuk adik laki-lakinya yang akan menikah, dan untuk dua anaknya - Kalky dan Kemi. Pokoknya gitu deh. Hihi. Dari beberapa buku tentang tema serupa yang saya baca, buku ini termasuk yang efek 'JadiPengenNikahSegera'-nya paling ringan. Jadi aman lah, gak bikin galau-galau amat. Hehehe

Inilah roller coaster yang sesungguhnya. Kadang, kita harus teriak kencang ketakutan, kadang harus bahagia melepas segala beban. Di atas semua ketakutan itu, kita tahu, semua akan baik-baik saja. (Hal. 250)

Rabu, 26 Agustus 2015

Critical Eleven: Tentang Alasan Bersatu Yang Kembali Dipertanyakan


Judul : Critical Eleven
Penulis : Ika Natassa
Editor : Rosi L. Simamora
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman : 344 halaman
Tahun terbit : 2015

"Istri itu seperti biji kopi sekelas Panama Geisha dan Ethiopian Yirgacheffe, Le. Kalau kita sebagai suami -- yang membuat kopi -- memperlakukannya tidak tepat, rasa terbaiknya tidak akan keluar. Aroma khasnya, rasa aslinya yang seharusnya tidak akan keluar, Le. Rasanya nggak pas."
"Kalau kita sudah memilih yang terbaik, seperti Ayah memilih Ibu dan kamu memilih istri kamu, seperti kita memilih biji kopi yang terbaik, bukan salah mereka kalau rasanya kurang enak. Salah kita yang belum bisa melakukan yang terbaik sehingga mereka juga menunjukkan yang terbaik buat kita."
(Critical Eleven, Hal. 56)

Akhirnya terbayar sudah rasa penasaran saya. Ini untuk pertama kalinya saya baca karya Ika Natassa. Hihi, payah ya.

Critical Eleven bercerita tentang kisah Aldebaran Risjad dan Tanya Baskoro. Mereka bertemu pertama kali dalam sebuah penerbangan Jakarta-Sidney. Pertemuan yang entah mengapa meninggalkan kesan yang amat mendalam bagi Ale -- panggilan sehari-hari Aldebaran Risjad. Tidak butuh waktu yang terlalu lama bagi Ale dan Anya untuk saling jatuh cinta, lalu menindaklanjuti hubungan mereka ke jenjang pernikahan.

Pada awalnya pernikahan mereka berjalan amat manis. Long Distance Married hampir tidak menjadi masalah yang berarti bagi mereka. Namun sayang, badai tak urung menerjang bahtera mereka. Di tahun ke-5 pernikahan, Ale dan Anya harus kembali merenungi segala sesuatunya. Tentang alasan mereka saat pertama kali memutuskan bersatu, dan tentang alasan apa yang membuat mereka tetap berusaha bersatu meski telah 6 bulan menjelma menjadi bak orang asing.

Novel ini memakai alur yang loncat-loncat. Hampir di setiap bagian pembaca diajak flashback ke masa-masa di mana pernikahan Ale dan Anya masih baik-baik saja, bahkan saat sebelum mereka menikah. Kisah mereka manis, tapi tidak lebay. Saya suka cara bercerita Ika Natassa. Gaya bahasanya ringan dan mengalir. Ika banyak menyisipkan informasi-informasi baru, atau kutipan-kutipan terkenal di sela-sela ceritanya. Emm, ada banyak juga adegan 'khas suami-istri' dalam novel ini, tapi menurut saya cukup proporsional. Tidak terlalu vulgar, dan lagi... cukup wajar karna Ale dan Anya suami-istri sah, jadi bukan sex before married yang bikin ilfeel.

Bagi saya, novel ini amat di luar dugaan saya. Karna Critical Eleven merupakan sebuah istilah dalam dunia penerbangan, dan gambar covernya juga pesawat terbang, maka saya mengira jalan ceritanya pun akan sangat berhubungan dengan dunia penerbangan. Malah saya sempat menebak bahwa tokoh Aldebaran Risjad berprofesi sebagai pilot. Ehehe, sotoy sekali saya. Ternyata yang berhubungan dengan penerbangan hanya moment saat Anya dan Ale pertama kali bertemu.

Emm, jujur, ada kekecewaan yang masih mengganjal di benak saya tentang kisah Ale dan Anya. Mungkin karna -- seperti biasa -- kadar ekspektasi saya terlalu tinggi sebelum membaca novel ini. Menurut saya, konflik utama dalam novel ini terlampau sederhana. Apalagi untuk membuat suami-istri yang tadinya semanis itu sampai bertahan hingga berbulan-bulan menjadi orang asing bagi satu sama lain. Saya tahu cobaan yang dihadapi Ale dan Anya amat berat, tapi apakah Anya sekerashati itu untuk bersedia memberi maaf pada suaminya yang hanya melakukan satu kesalahan yang sepertinya tidak benar-benar ia sengaja?!

Ohya, ada satu lagi yang mengganjal dan bikin saya bingung. Di satu sisi saya salut karna meski novel ini bercerita tentang kehidupan modern ala orang metropolitan, tapi masih memasukkan unsur-unsur agam di dalamnya. Ale digambarkan sebagai laki-laki yang cukup taat agama. Selalu sholat jumat, bahkan selalu mengingat potongan ayat suci saat hatinya tengah gundah.

""Maa wadda'akan robbuka wamaa qalaa. Walal-aakhiratu khayrun laka mina l-uulaa. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu dari pada yang sekarang (permulaan)." Dua ayat yang selalu gue pegang dalam hati. Gue yakin kalau gue kuat melalui ujian ini, untuk gue sendiri dan juga untuk Anya, ada sesuatu yang lebih indah yang menunggu kami berdua di depan sana" (Hal. 121)

Namun di sisi lain, saya dibuat nggak habis pikir kenapa Ale dan Anya memelihara anjing dan dengan sangat santai sering memeluk-cium anjingnya tersebut. Terus gimana dengan najisnya?

Tapi secara keseluruhan novel ini menghibur. 3 bintang dari saya untuk Critical Eleven :)

Rabu, 05 Agustus 2015

Dwilogi "Love, Hate & Hocus-Pocus" Dan "Love, Curse & Hocus-Pocus"

Judul: Love, Hate & Hocus-Pocus
Penulis: Karla M. Nashar
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
No. ISBN: 978-979-22-8961-9

Judul: Love, Hate & Hocus-Pocus
Penulis: Karla M. Nashar
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
No. ISBN: 978-979-22-8976-3

Hate at first sight. itulah definisi yang tepat untuk menggambarkan Troy Mardian dan Gadis Parasayu. mereka partner kerja yang dinamis -- sedinamis gejolak permusuhan yang terus meletup di antara mereka berdua.

Menurut Gadis, Troy Mardian adalah contoh sempurna tipe manusia yang tercabut dari akarnya. jelas-jelas asli Indonesia, kok pakai bertingkah ala bule? Sedangkan menurut Troy, Gadis Parasayu (atau Paras Ayu) adalah nama terkonyol yang pernah didengarnya. Di Amerika tempat Troy dibesarkan, nggak ada orangtua yang cukup gila menamai anak mereka dengan Beautiful Face Girl. Narsis sekali! Hanya satu persamaan mereka. Sama-sama nggak percaya hocus-pocus, ramal-meramal, paranormal, atau apa pun yang berhubungan dengan dengan dunia pernujuman.

Lalu apa yang terjadi saat mereka terbangun pada suatu Minggu pagi cerah, dan mendapati diri mereka berada di ranjang yang sama?

oOo

Love, Hate & Hocus-Pocus merupakan novel karya Karla M. Nashar yang pertama kali saya baca. Lalu dilanjutkan dengan novel kedua Love, Curse & Hocus-Pocus. Bercerita tentang Troy Mardian dan Gadis Parasayu yang merupakan partner kerja di BPI. Meskipun sejatinya mereka merupakan partner kerja, pada kenyataannya mereka justru mirip dengan musuh bebuyutan.

Kata orang, benci yang terlalu besar justru bisa berubah jadi cinta. Apakah itu juga akan berlaku juga pada Troy dan Gadis? Agak mudah ditebak, ya. Haha *spoiler*

Yah, meskipun jika diikuti secara detail, jalan ceritanya benar-benar penuh kejutan. Jalan ceritanya loncat-loncat antara kenyataan dan 'alam lain' yang menjungkir-balikkan akal pikiran mereka. Teka-teki bahkan berlanjut, dan berusaha mereka bongkar hingga ke Inggris (ada di novel yang ke-2). Berhasilkah mereka membongkar misteri itu? Dan beranikah mereka jujur pada diri mereka sendiri atas perasaan mereka? Silahkan dibaca sendiri :D

Saya kasih 3 dari 5 bintang untuk novel ini. Gaya penceritaannya asyik. Namun sayangnya, saya kurang suka cerita yang berbau fantasi dan di luar akal sehat. Hihi, otak kiri banget, yes :p Ohya, saya juga agak gerah sama cara berantemnya Troy dan Gadis. Terkesan nggak elegan dan terlalu kekanak-kanakan untuk ukuran orang yang berpendidikan dan punya posisi cukup penting di sebuah perusahaan besar.